Wisata Batik Trusmi

Siapa yang tidak kenal dengan Batik? Kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah berabad lamanya menjadi bagian dari budaya Jawa, saat ini telah menjadi budaya bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Sejak “kasus” mencaplokan dari negara tetangga Malaysia, yang mengklaim bahwa batik berasal dari sana, rasa nasionalisme dari anak bangsa ini pun akhirnya tergugah. Sampai slogan dari sebuah iklan komersial turut membela batik yang merupakan budaya Indonesia. Imbas dari itu semua, tren batik pun semakin bermunculan dan mulai diminati masyarakat luas. Batik yang bagi masyarakat awalnya hanya dipake sebagai “baju resmi kondangan” dan dipakai oleh kakek nenek kita kini berubah menjadi mode busana sehari-hari. Para perancang busana berlomba-lomba membuat berbagai model pakaian yang berbahan dasar batik. Kebanyakan orang pasti mengenal Pekalongan sebagai kota batik. Meskipun demikian di Indonesia banyak sekali daerah yang memiliki budaya batik, yaitu Yogya, Solo dan Cirebon. Artikel saya kali ini akan mengajak jalan jalan dan mengunjungi daerah wisata batik yang ada di Cirebon. Kotamadya yang berlokasi di propinsi Jawa Barat dan berjarak 297 km ke arah timur Jakarta ini memiliki tempat wisata batik yang cukup populer bernama Trusmi. Trusmi sendiri adalah nama desa di kecamatan Plered, kabupaten Cirebon dan berjarak 5 km dari pusat kota. Lokasinya dari arah Plumbon atau Jakarta terus masuk ke arah kota, jangan masuk ke dalam tol karena akan memutar jauh. Setelah sampai di perempatan pasar Plered, belok ke kiri. Disitu terdapat papan nama “ Objek Wisata Belanja Batik Trusmi”.
Desa yang memiliki banyak pengrajin batik traditional Cirebon adalah di Trusmi Kulon dan Trusmi Wetan. Meskipun ada beberapa desa di sekitar Trusmi yang juga menghasilkan produk atau pengrajin batik yaitu Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah dan Panembahan. Rata-rata mata pencaharian penduduk asli desa-desa tersebut adalah membatik dan kebanyakan keluarga memiliki industri batik meskipun skalanya masih rumahan.Sedikit mengutip dari wikipedia, kisah membatik desa Trusmi tidak lepas dari peranan Ki Gede Trusmi. Beliau adalah salah seorang pengikut setia Sunan Gunung Jati. Beliau ini yang mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan pengaruh agama Islam saat itu. Untuk menghormati jasa-jasanya, sampai sekarang makam Ki Gede masih terawat baik, bahkan setiap tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun. Disepanjang jalan utama yang berjarak 1,5 km dari desa Trusmi sampai Panembahan, saat ini banyak kita jumpai puluhan showroom batik. Berbagai papan nama showroom nampak berjejer menghiasi setiap bangunan yang ada di tepi jalan. Munculnya berbagai showroom ini tak lepas dari tingginya minat masyarakat terutama dari luar kota terhadap batik Cirebon. Setiap hari Sabtu dan Minggu atau weekend, banyak sekali kendaraan luar kota (kebanyakan dari berplat nomor B dan D) yang berjubel parkir dihalaman showroom. 
Sesekali juga terlihat rombongan bis wisata yang mayoritas terdiri dari ibu-ibu, berada di dareah ini. Namun sayang karena sempitnya jalan (hanya sekitar 3 meteran), dan banyaknya kendaraan, seringkali menimbulkan kemacetan. Sehingga terpaksa untuk bis yang berukuran besar dan mengangkut 50 orang hanya parkir diluar kawasan. Dampaknya showroom yang berada di daerah pintu masuk lebih banyak memiliki keuntungan. Menurut penduduk daerah tersebut, sering kali terlihat artis ibu kota yang berbelanja di beberapa showroom tersebut. Terakhir minggu lalu, kabarnya Luna Maya berbelanja batik disana meskipun saya tidak melihatnya langsung. 

Sumber :  www.wisata-tempat1001.blogspot.com

0 komentar :

Post a Comment

 

Pariwisata Indonesia Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger