Objek Wisata Situ Cangkuang Garut

Situ Cangkuang sebagian ditutupi oleh bunga teratai yang indah. Ada sebuah pulau kecil ditengah‐tengah situ, dimana sebuah Candi Cangkuang berada.  Didalam candi itu terdapat patung Siwa Hindu.  Nama Cangkuang sendiri diambil dari pohon Cangkuang (Pandanus Furcatus) yang masih terdapat di sekitar kawasan tersebut Cangkuang telah dibangun pada jaman kerajaan sunda pertama yaitu Kerajaan Galuh. Didekat Situ ada makam peninggalan penganut agama Islam, yaitu Arif Muhammad. Dia salah seorang Tentara Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah yang pergi menyerang Belanda di Batavia pada abad ke 17.  Penyerangannya gagal, dia tidak kembali, tetapi dia menetap di daerah Cangkuang untuk mengajar dan menyebarkan agama Islam kepada masyarakat disekitanya, tepatnya di kampung Pulo dimana keturunannya menetap sampai saat ini.
Bentang alam yang dikelilingi oleh Situ Cangkuang memberikan nilai keunikan tersendiri dibandingkan dengan tempat lain yang sejenis. Selain itu secara geografis Situ Cangkuang memiliki luas kawasan yang cukup luas (340,775 Ha). Situ Cangkuang yang menjadi bagian kronologis sejarah islam tidak terlepas dari nilai heritage dan berubah menjadi daerah tujuan wisata yang sangat menarik. Situ Cangkuang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berada di sebuah kawasan perbukitan kecil yang memiliki ketinggian 695-706 meter dpl serta berdiri di lembah seluas 16,5 ha yang berhawa sejuk. Situ yang di kelilingi gugusan gunung di empat penjuru mata anginnya seperti Gunung Mandalawangi, Gunung Kaledong, Gunung Halimun, Gunung Batara Guru, Gunung Guntur dan Gunung Cikuray menjadikan situ Cangkuang sebagai pemikat alam yang menawarkan keindahan yang luar biasa.
Mengunjungi Situ Cangkuang tidak hanya sekadar menikmati sajian alam yang menawan. Namun romantisme Hindu dan Islam yang pernah tergali dari situs candi yang ditemukan di tengah Situ Cangkuang. Candi bercorak Hindu ini ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Candrasasmita berdasarkan atas laporan yang ditulis Vorderman dalam buku notulen Bataviaasch Genootshap (terbit tahun 1893). Dalam tulisan tersebut disinggung tentang temuan sebuah arca (Hindu) di sekitar situ dan sebuah makam keramat yang yakini sebagai Embah Dalem Arif Muhammad yang sangat dihormati oleh penduduk setempat.Untuk mencapai ke situs Cangkuang, para pelancong akan segera disambut dengan rakit-rakit bambu yang siap mengantarkan hingga ke pulau seberang. Dengan membayar Rp 3.000, para pelancong akan merasakan sensasi gelombang air danau sepanjang 500 meter. 
Kalau beruntung para pelancong bisa melihat aktivitas warga yang menjaring ikan. Dengan keahliannya, mereka hilir mudik di atas rakit sambil menebar jala. Sekitar 10 menitan Anda sudah mencapai pulau tersebut. Dengan membayar Rp 2000 untuk restribusi masuk ke situs Candi Cangkuang dan Kampung adat Pulo. Anda bisa menelusuri kembali romantisme yang dulu terbangun antara Islam-Hindu. Desa Cangkuang terletak disebelah utara Kabupaten Garut masuk Kecamatan Leles, tepatnya 16 km dari Garut atau 54 km dari Bandung. Untuk mencapai situs Cangkuang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Dari Jalan Raya Bandung - Tasikmalaya, lebih kurang 9 km meninggalkan Bandung, tidak jauh dari turunan Nagrek akan menemukan persimpangan menuju Kabupaten Garut atau jantung kota Garut.


Disadur dari berbagai sumber.


0 komentar :

Post a Comment

 

Pariwisata Indonesia Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger