Budaya Suku Tengger di Kawasan Gunung Bromo

Suku Tengger adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur, yakni menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. Suku Tengger merupakan sub suku Jawa menurut sensus BPS tahun 2010.[1] Orang-orang suku Tengger dikenal taat dengan aturan dan agama Hindu. Mereka yakin merupakan keturunan langsung dari Majapahit. Nama Tengger berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama Roro An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Joko Se-"ger". Bagi suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.  
Menurut mitos atau legenda yang berkembang di masyarakat suku Tengger, mereka berasal dari keturunan Roro Anteng yang merupakan putri dari Raja Brawijaya dengan Joko Seger putra seorang Brahmana. Nama suku Tengger diambil dari akhiran nama kedua pasang suami istri itu yaitu, “Teng” dari Roro Anteng dan “Ger” dari Joko Seger. Legenda tentang Roro Anteng dan Joko Seger yang berjanji pada Dewa untuk menyerahkan putra bungsu mereka, Raden Kusuma merupakan awal mula terjadinya upacara Kasodo di Tengger. Menurut beberapa ahli sejarah, suku Tengger merupakan penduduk asli orang Jawa yang pada saat itu hidup pada masa kejayaan Majapahit. Saat masuknya Islam di Indonesia (pulau Jawa) saat itu terjadi persinggungan antara Islam dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa, salah satunya adalah Majapahit yang merasa terdesak dengan kedatangan pengaruh Islam, kemudian melarikan diri ke wilayah Bali dan pedalaman di sekitar Gunung Bromo dan Semeru. Mereka yang berdiam di sekitar pedalaman Gunung Bromo ini kemudian mendirikan kampung yang namanya diambil dari akhiran nama pemimpin mereka yaitu Roro Anteng dan Joko Seger. 
Suku bangsa Tengger berdiam disekitar kawasan di pedalaman gunung Bromo yang terletak di kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berdasarkan persebaran bahasa dan pola kehidupan sosial masyarakat, daerah persebaran suku Tengger adalah disekitar Probolinggo, Lumajang, (Ranupane kecamatan Senduro), Malang (desa Ngadas kecamatan Poncokusumo), dan Pasuruan. Sementara pusat kebudayaan aslinya adalah di sekitar pedalaman kaki gunung Bromo. Gunung Bromo berasal dari kata Brahma yang merupakan salah seorang Dewa dalam agama Hindu. Bromo terkenal sebagai ikon wisata gunung api (aktif) di Jawa Timur. Memang gunung ini tidak sebesar gunung api lainnya di Indonesia, namun Bromo memiliki pemandangan yang begitu indah, sehingga keindahannya yang luar biasa membuat wisatawan yang berkunjung akan berdecak kagum. Dari puncak gunung penanjakan di ketinggian kurang lebih 2.770 mdpl wisatawan dapat menikmati sunrise ‘matahari terbit’ dengan mendaki gunung Penanjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan itu dimulainya dari dini hari. 
Kawasan wisata Bromo tidaklah sulit untuk dijangkau para wisatawan, karena mempunyai empat pintu untuk masuk kawasan taman nasional ini, yaitu dari Malang, Pasuruan, Lumajang, dan Probolinggo. Bromo tidak hanya identik dengan lautan pasir, matahari terbit, hawa dingin, upacara kasada dan sebagainya. Ada satu lagi suguhan masyarakat Tengger yang tidak diperhatikan oleh wisatawan, yaitu adanya desa wisata yang terletak di dusun Seruni, Desa Ngadisari, kecamatan Ngadisari, Kabupaten Probolinggo. Banyak sekali yang bisa dinikmati di desa yang sekarang dalam tahap proses pengembangan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo. Beruntunglah saya berkesempatan menikmati sisi keindahan lain Bromo di Desa wisata tersebut, diantaranya melihat gamelan Tengger, rumah adat suku Tengger, mencicipi makanan khas suku Tengger yaitu Bledhus, kucur dan nasi aron, dan tah kalah serunya bisa melihat langsung atraksi reyog khas tengger. 

Sumber : www.mengenalbudayajawa.blogspot.com

0 komentar :

Post a Comment

 

Pariwisata Indonesia Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger