Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba di provinsi Sumatera Utara. Sebuah pulau di dalam pulau Sumatera di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut seluas 630 km2. Terletak dalam wilayah Kabupaten Samosir yang baru dimekarkan pada 2003 dari bekas kabupaten Toba-Samosir dengan Pangururan sebagai ibu kota kabupaten. Dikelilingi kaldera terluas di dunia yang terbentuk hasil meletusnya supervulcano raksasa, Gunung
Toba sekitar 74.000 tahun lalu. Para ahli geologi memperkirakan pada
masa ini pula munculnya Pulau Samosir dari dasar Danau Toba hingga kini
berada tepat di tengah-tengah Danau Toba.
Gunung Toba yang berada di bawah dasar
Danau Toba sewaktu-waktu diperkirakan dapat meletus. Gunung Toba sampai
saat ini masih memiliki anak, bahkan Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak
merupakan anak dari Gunung Toba.
Pulau Samosir tercatat sebagai peringkat 5 dunia pulau terbesar di
tengah danau. Semakin unik lagi karena pulau di tengah Danau Toba ini
memiliki dua danau diatasnya yakni Danau Aek Natonang di Desa Tanjungan
dan Danau Sidihoni dengan Pulo Pearung di tengahnya terdapat di Huta
Panrnakohan Lumban Suhi.
Konon sebelum masa penjajahan Hindia Belanda, Pulau Samosir
menyatu dengan daratan Sumatera dan pada masa itu belum ada kata pulau
tetapi hanya Samosir. Sekitar 1905 Pemerintah Hindia Belanda masa
pemerintahan Ratu Willhelmina, memerintahkan kepada Tentara Belanda
yang ada di Sumatera Utara untuk melakukan kerja paksa menggali tanah
sepanjang 1.5 km dari ujung lokasi Tajur sampai dengan Sitanggang Bau.
Kurang lebih 3 tahun kerja paksa yang memilukan terhadap sebagian suku Batak
yang mendiami Samosir dan wilayah sekitar Danau Toba akhirnya
menghubungkan Danau Toba sebelah Utara dan sebelah Selatan. Dan tidak
ada lagi daratan yang menghubungkan Samosir dengan Sumatera. Munculah
kata sebutan baru yaitu Tano Ponggol sebagai sebutan hasil kerja paksa
atau rodi (istilah lokal) dan Samosir menjadi Pulau Samosir yang
dikelilingi Danau Toba, dihubungkan jembatan dengan daratan Pulau
Sumatera dinamakan Jembatan Tano Ponggol. Tano Ponggol diresmikan pada
tahun 1913 oleh Ratu Willhelmina dari Kerajaan Belanda.
Tidak dijelaskan apa yang menjadi latarbelakang pengerjaan Tano
Ponggol saat itu. Namun mungkin, salah satu dugaan kemungkinan adalah
penggalian kanal Tano Ponggol akan mirip dengan alasanembangunan
terusan Suez atau Panama. Suasana tenang dan udara bersih yang sejuk
dengan pemandangan yang luar biasa indahnya serta terdapat banyak
sekali lokasi wisata
alam, wisata sejarah dan wisata seni dan budaya yang tersebar di
Sembilan kecamatan di Kabupaten Samosir membuat wisatawan tak cukup
hanya sekali berkunjung ke Pulau Samosir. Masing-masing kecamatan
memiliki daya tarik wisata sendiri-sendiri.
Pecinta wisata budaya dan sejarah bisa mengunjungi Makam Raja
Sidabutar, Batu Parsidangan, dan Museum Huta Bolon. Anda bisa mengenal
lebih dalam mengenai budaya Batak di sebuah kampung tua di Samosir.
Bisa juga dengan menonton pertunjukan Sigale-gale di Tomok. Kini Pulau
Samosir tidak lagi bertumpu pada Kota kecil Tomok dan Tuktuk seperti
yang orang tahu selama ini. Sungguh banyak objek-objek wisata yang bisa ditemui dan dinikmati di Pulau Samosir.
Ada empat akses yang bisa dipilih untuk
perjalanan menuju Pulau Samosir yang berjarak 176 km dari Kota Medan
dengan waktu tempuh rata-rata 4 jam. Tiga akses dengan melintasi Danau
Toba, satu akses melalui jalan darat. Paling tenar masuk Pulau Samosir
melalui Pelabuhan Ajibata di Prapat menuju Pelabuhan Tomok di Samosir
dengan 45 menit menumpangi kapal feri. Kapal feri ini dapat mengangkut
kendaraan roda empat. Akses lainnya adalah Simanindo-Tigaras. Pelabuhan
Simanindo berada di Samosir, sementara Tigaras berada di Simalungun.
Dapat juga melalui Pelabuhan Muara di Tapanuli Utara menyeberang dengan
feri ke Nainggolan di Samosir. Satu-satunya jalur
darat melalui Jalan Tele yang menghubungkan Samosir dengan Kabupaten
Humbang Hasundutan dengan melintasi Jembatan Tano Ponggol buatan
kolonial Belanda.
Pulau Samosir diyakini sebagai daerah asal
orang Batak. Pasalnya, di Pulau berpenduduk sekitar 131.000 jiwa ini
tepatnya di Pusuk Buhit Kecamatan Sianjur Mulamula merupakan
perkampungan pertama kelompok masyarakat Batak. Di desa ini terdapat
cagar budaya berupa miniature Rumah Si Raja Batak.
Disadur Dari Berbagai Sumber
0 komentar :
Post a Comment