Kesenian tarawangsa hanya dapat ditemui dibeberapa daerah tertentu saja. Yaitu daerah Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Cibalong Tasikmalaya Selatan, Banjaran Bandung dan Kanekes Banten. Khusus di daerah Rancakalong, Kabupaten Sumedang kesenian tarawangsa ini terjaga turun temurun di dusun Cijere Desa Nagarawangi. Masyarakat yang berpenduduk muslim ini mempunyai rumah adat dan seni tradisional yang tetap terjaga. Di tempat ini lagu-lagu Tarawangsa jauh lebih banyak dibandingkan lagu-lagu yang ada di daerah Cibalong dan Banjaran.
Tarawangsa merupakan kesenian tradisi upacara adat yang biasa dilakukan untuk peringatan muludan (maulid Nabi), ngabubuy pare (panen padi) sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas panen padi yang melimpah, mubur Syuro maupun syukuran-syukuran yang lainnya. Jentreng adalah perpaduan antara tujuh buah kecapi dan dua buah rebab yang dimainkan secara bersamaan. Harmonisasi yang ditimbulkan dari kedua alat musik ini diaktualisasikan melalui tarian / ngibing dari seorang laki-laki dilanjutkan oleh lima orang perempuan. Dan setelah tarian ini diteruskan dengan hiburan yakni semua orang ikut menari bersama-sama mengikuti irama jentreng.
Sebelum menggelar ritual Tarawangsa, para sesepuh harus menyediakan sesajen sebagai persembahan kepada Dewi Sri. Adapun jenis sesajennya adalah: 1. Bubur merah dan bubur putih yang melambangkan bendera merah putih.
2. Dupi, sejenis lontong yang berbentuk segitiga yang artinya kemaluan perempuan.
3. Kupat, sejenis lontong yang berbentuk persegi yang menandakan kemaluan laki-laki.
4. Bakakak, ayam bakar yang menandakan perempuan harus pasrah kepada suaminya.
5. Hanjuang, bermacam-macam bunga, dan sirih di dalam wadah berisi air yang merupakan lambang kesuburan.
6. Puncak manik, nasi tumpeng yang di atasnya terdapat telur yang artinya kita harus bulat dalam beritikad.
7. Dua ikat padi yang masing-masing ditempeli gambar wajah laki-laki dan perempuan yang artinya kita akan kaya apabila suami istri bekerja sama.
8. Kemenyan. Setiap pergelaran musik tarawangsa selalu diiringi oleh penari yang membawa benih padi dan dipimpin oleh seorang saehu. Dengan adanya adat tradisi tersebut jelas bahwa Rancakalong adalah pusat kesenian tradisional yang merupakan kekayaan bedaya Indonesia.
Dari Berbagai Sumber
0 komentar :
Post a Comment