Taman Nasional Tangkoko, Tempatnya Satwa Unik dan Langka

Sebagai daerah tropis, Indonesia sangat terkenal dengan hutan hujannya yang masih alami. Rerimbunan hutan ini menyimpan banyak jenis satwa yang mengagumkan dan endemik di daerah tersebut. Coba saja berkunjung ke Taman Nasional Tangkoko. Anda pasti terpana saat melihat primata Tarsius spectrum yang berukuran sangat kecil dan lucu. Kawasan Taman Nasional Tangkoko dapat ditempuh melalui perjalanan darat. Anda bisa berangkat dari Tondano atau Manado dengan waktu tempuh berkendara sekitar 2 jam. Sebelum Bitung dari arah Manado, Anda berhenti di lokasi bernama Girian, yang merupakan akses jalan masuk menuju taman nasional.
Hewan khas yang menjadi primadona kawasan ini memang Tarsius. Tubuh berbulu dengan ukuran kecil, memiliki mata yang bulat dan besar, telinga yang lebar, dan jemari yang panjang, hewan ini tampak seperti malu-malu saat terlihat sedang mencari makan di atas pohon. Cagar Alam Gunung Tangkoko adalah cagar alam di Kecamatan Bitung Utara, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Cagar alam seluas sekitar 8.745 hektare inimerupakan tempat perlindungan monyet hitam sulawesi dan tarsius. Di dalam kawasan ini terdapat Taman Wisata Batuputih dan Taman Wisata Alam Batuangus. Secara geografis, cagar alam ini terletak di antara 125°3' -125°15' BT dan 1°30'-1°34' LU, dan berbatasan langsung dengan Cagar Alam Gunung Duasudara. Kawasan cagar alam ini dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara.
Kehidupan satwa liar di kawasan Tangkoko sudah diketahui secara luas dan dikunjungi oleh Alfred Russel Wallace pada tahun 1861. Di Tangkoko, Wallace mengumpulkan spesimen babirusa dan maleo yang waktu itu sangat mudah dijumpai. Ketika itu, pasir hitam di pantai Tangkoko merupakan tempat bersarang dan penetasan telur maleo. Akibat eksploitasi oleh penduduk setempat, koloni maleo di pantai Tangkoko tidak lagi ditemukan pada tahun 1915, dan hanya tersisa sejumlah kecil koloni di pedalaman. Kawasan Tangkoko pertama kali ditetapkan Pemerintah Hindia Belanda sebagai hutan lindung pada tahun 1919 berdasarkan GB 21/2/1919 stbl. 90, dan diperluas pada tahun 1978 dengan ditetapkannya Cagar Alam Duasudara (4.299 hektare) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 700/Kpts/Um/11/78.
Taman Nasional Tangkoko ini memang cukup ramai dikunjungi baik oleh wisatawan domestik maupun asing. Keramaiannya pun cukup bervariasi namun berpuncak di tengah tahun sekitar bulan Juni – Agustus. Namun kalau boleh memilih sebaiknya Anda datang selain musim hujan, karena di musim hujan, spesies burung yang ada ratusan jenis tak pernah dapat dilihat. Pengunjung di sarankan memakai celana panjang yang nyaman, mungkin legging atau training akan lebih baik daripada jins. Menggunakan sepatu olahraga, supaya nyaman dan lebih bisa melindungi kaki. Juga disarankan membawa lotion anti nyamuk, karena ya maklum aja, hutan. Bawa juga minimal minum yang cukup untuk sepanjang perjalanan, karena pastinya tidak akan ada penjual yang iseng berjualan di hutan.
Dua jenis Tarsius yang terkenal di Indonesia adalah kera hantu (Tarsius tarsier) dan tarsius kerdil atau krabuku kecil (Tarsius pumilus atau Pygmy tarsier). Hewan ini sangat sulit dikembangkan di luar habitatnya.Karena, bila ditempatkan di kandang, Tarsius bisa mengalami stres dan melukai dirinya sendiri hingga mati. Bila Anda ingin menjelajah Taman Nasional Tangkoko, siapkan dana Rp 150 ribu untuk biaya tiket masuk. Anda bisa leluasa berkeliling taman nasional ditemani oleh pemandu lokal, selama jam operasional mulai pukul 08.00 hingga 19.00 waktu setempat. Bila ingin menginap, Anda harus izin terlebih dahulu ke penjaga Taman Nasional.

Disadur dari berbagai sumber.

0 komentar :

Post a Comment

 

Pariwisata Indonesia Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger